Infak dan Sedekah


A. INFAK

Infak berasal dari bahasa Arab ( اَنۡفَقَ ) yang berarti mengeluarkan harta untuk suatu kepentingan. Menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan untuk suatu kepentingan dalam Islam. Berbeda dengan zakat, infak tidak memiliki nisab. Infak dikeluarkan oleh setiap orang mukmin yang sudah berpenghasilan, baik besar maupun kecil, dikeluarkan baik di waktu lapang maupun sempit.

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali 'Imran [3]: 134).

وَأَنفِقُواْ مِن مَّا رَزَقۡنَٰكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَ أَحَدَكُمُ ٱلۡمَوۡتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوۡلَآ أَخَّرۡتَنِيٓ إِلَىٰٓ أَجَلٖ قَرِيبٖ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصّٰلِحِينَ ١٠

"Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (QS. Al-Munafiqun [63]: 10).

1. Tujuan Infak
1.1. Dzikrullah

يٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ ٩

"Hai orang-orang beriman, janganlah harta dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat Allah. Barang siapa berbuat demikian maka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Munafiqun [63]: 9).

1.2. Mendapatkan ampunan dari Allah

وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ١٣٣ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡكٰظِمِينَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِينَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran [3]: 133-134).

1.3. Mendapatkan kemudahan di dunia dan akhirat

فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ وَٱتَّقَىٰ ٥ وَصَدَّقَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ ٦ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡيُسۡرَىٰ ٧

"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan siapkan baginya jalan yang mudah." (QS. Al-Lail [92]: 5-7).

1.4. Untuk mengharap Ridho Allah

لَّيۡسَ عَلَيۡكَ هُدَىٰهُمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۗ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ فَلِأَنفُسِكُمۡۚ وَمَا تُنفِقُونَ إِلَّا ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ ٱللَّهِۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ ٢٧٢

"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan)." (QS. Al-Baqarah [2]: 272).
1.5. Keteguhan diri

وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ وَتَثۡبِيتٗا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ كَمَثَلِ جَنَّةِۢ بِرَبۡوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٞ فَ‍َٔاتَتۡ أُكُلَهَا ضِعۡفَيۡنِ فَإِن لَّمۡ يُصِبۡهَا وَابِلٞ فَطَلّٞۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ ٢٦٥

"Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat." (QS. Al-Baqarah [2]: 265).

1.6. Menghindari sifat kikir

فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ وَٱسۡمَعُواْ وَأَطِيعُواْ وَأَنفِقُواْ خَيۡرٗا لِّأَنفُسِكُمۡۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٦

"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang yang beruntung." (QS. At-Taghabun [64]: 16).

عن فاطمةَ عن أَسماءَ رضي الله عنها قالت قال لي النبيُّ ﷺ لا تُوۡكِي فَيُوۡكَى عليكِ . حدثنا عثمانُ بنُ أبي شَيۡبَةَ عن عَبۡدَةَ وقال لا تُحۡصِي فَيُحۡصِيَ اللهُ عليكِ . – رواه  البخاري

Dari Fathimah dari Asma' radhiallahu 'anha berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku, "Janganlah kamu tahan tanganmu dari berinfak karena Allah akan menyempitkan rezekimu." Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah dari 'Abdah dan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Janganlah kamu menghitung-hitung untuk shadaqah, karena Allah juga akan menghitung-hitung rezeki-Nya untukmu." (H.R. Al-Bukhari No. 1433).
2. Harta yang Diinfakkan

Berikut adalah golongan harta yang harus diinfakkan.

2.1. Harta yang dicintai

لَن تَنَالُواْ ٱلۡبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٞ ٩٢

"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (QS. Ali Imran [3]: 92).

2.2. Harta yang lebih dari keperluan

... وَيَسۡ‍َٔلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَۖ قُلِ الۡعَفۡوَۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الۡأٓيٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَتَفَكَّرُونَ

"... Dan mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir." (QS. Al-Baqarah [2]: 219).

3. Balasan untuk Orang yang Berinfak

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan (balasan) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2]: 261).

... وَٱلَّذِينَ يَكۡنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلۡفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٖ ٣٤

"... Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka kabarkanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." (QS. At-Taubah [9]: 34).

B. SEDEKAH

Sedekah/shadaqah ( صدقة ) adalah suatu pemberian oleh orang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah. Sedekah juga dapat berarti sebagai pemberian dari seseorang sebagai bentuk kebajikan untuk mengharap ridho Allah semata.

Sedekah tidak hanya berbentuk harta atau materi, namun dapat juga dilakukan dengan perbuatan lain yang bersifat imaterial atau rohaniah, misalnya dengan senyum kebaikan, akhlak atau ucapan yang baik dan semisalnya. Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ سُلَامَى مِنَ النَّاسِ عَلَيۡهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوۡمٍ تَطۡلُعُ فِيهِ الشَّمۡسُ يَعۡدِلُ بَيۡنَ الۡإِثۡنَيۡنِ صَدَقَةٌ وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحۡمِلُ عَلَيۡهَا أَوۡ يَرۡفَعُ عَلَيۡهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالۡكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطۡوَةٍ يَخۡطُوهَا إِلَى الصَّلَاةِ صَدَقَةٌ وَيُمِيطُ الۡأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ . – رواه البخاري ومسلم

"Setiap ruas tulang pada manusia wajib baginya shadaqah setiap hari sejak terbitnya matahari. Seseorang yang mendamaikan antara dua orang yang bertikai adalah shadaqah, menolong seseorang untuk menaiki hewan tunggangannya lalu mengangkat barang-barangnya ke atas hewan tunggangannya adalah shadaqah, ucapan yang baik adalah shadaqah, setiap langkah menuju shalat adalah shadaqah dan menyingkirkan dari jalan sesuatu yang bisa menyakiti atau menghalangi orang lain adalah shadaqah." (H.R. Al-Bukhari No. 2989 dan Muslim No. 1009).

Salah satu fungsi sedekah adalah untuk membantu umat Islam yang kesulitan sehingga terjalin ukhuwah Islamiyah yang diberkati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

يَمۡحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰاْ وَيُرۡبِي ٱلصَّدَقٰتِۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 276).

Perlu diperhatikan bahwa sedekah tidak perlu dilakukan secara terang-terangan. Hal ini karena bisikan-bisikan yang bertujuan untuk membantu saudaranya, itu sudah menjadi pahala yang besar, sebagaimana firman Allah,

لَّا خَيۡرَ فِي كَثِيرٖ مِّن نَّجۡوَىٰهُمۡ إِلَّا مَنۡ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوۡ مَعۡرُوفٍ أَوۡ إِصۡلَٰحِۢ بَيۡنَ ٱلنَّاسِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوۡفَ نُؤۡتِيهِ أَجۡرًا عَظِيمٗا

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami berikan kepadanya pahala yang besar." (QS An-Nisaa' [4]: 114).

Amal shalih yang dikerjakan secara diam-diam akan lebih terjaga dari penyakit riya' (ingin dilihat orang lain) dan sum'ah (ingin didengar orang lain). Dari Jundab radhiallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنۡ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ وَمَنۡ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ . – رواه البخاري ومسلم

"Barang siapa yang beramal karena sum’ah, maka Allah akan membuat amalnya terkenal, dan siapa yang beramal karena riya’, maka Allah akan jadikan amalnya terlihat oleh banyak orang." (H.R. Al-Bukhari No. 6499 dan Muslim No. 2987).

Riya' dan sum'ah adalah termasuk perbuatan mempersekutukan Allah. Karena pelakunya tidak lagi mengharapkan keridhaan Allah dalam beramal, melainkan ingin mendapat pujian dari orang lain.

Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَخۡوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيۡكُمُ الشِّرۡكُ الأَصۡغَرُ الرِّيَاءُ ، يَقُوۡلُ اللهُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ إِذَا جَزَى النَّاسَ بِأَعۡمَالِـهِمۡ اِذۡهَبُوۡا إِلَى الَّذِينَ كُنۡتُمۡ تُرَاؤُوۡنَ فِيۡ الدُّنۡيَا فَانۡظُرُوۡا هَلۡ تَجِدُوۡنَ عِنۡدَهُمۡ جَزَاءً . – رواه  أحمد

"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’. Allah akan berkata kepada mereka di hari kiamat ketika memberikan balasan atas amal-amal manusia: “Pergilah kepada orang-orang yang dulu kau perlihatkan amalmu pada mereka di dunia, lalu lihatlah apakah kalian mendapat balasan (pahala) dari mereka?" (H.R. Ahmad No. 22528).

Juga dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

قال اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغۡنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرۡكِ مَنۡ عَمِلَ عَمَلًا أَشۡرَكَ فِيۡهِ مَعِيۡ غَيۡرِيۡ تَرَكۡتُهُ وَشِرۡكَهُ. – رواه مسلم و إبن ماجه
"Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Aku adalah sekutu yang tidak butuh sekutu lainnya. Barang siapa beramal dengan menyekutukan-Ku, maka Aku tinggalkan ia dan sekutunya." (H.R. Muslim No. 2985 dan Ibnu Majah No. 4202).

Selain riya' dan sum'ah, ada perilaku lain yang dapat menggugurkan pahala sedekah, yaitu perbuatan yang dapat menyakiti penerima sedekah tersebut. Allah Ta'ala berfirman,

يٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٞ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٞ فَتَرَكَهُۥ صَلۡدٗاۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَيۡءٖ مِّمَّا كَسَبُواْۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكٰفِرِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu hilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah [2]: 264).

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu tujuan sedekah adalah untuk mengharapkan ridho Allah semata, maka sudah sepantasnya jika bersedekah tanpa mengharapkan balasan dari orang yang menerimanya, walaupun hanya sekedar ucapan terima kasih.

إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا ٩

"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. Al-Insan [76]: 9).

Wallahu A'lam...

Post a Comment

0 Comments