Awas! Inilah 4 Jenis Dosa Penyebab Terjadinya Bencana


Musibah atau bencana dapat terjadi kapan saja, di mana saja dan kepada siapa saja, baik kepada individu perorangan maupun sekelompok masyarakat.

Secara umum, pengertian musibah atau bencana adalah segala bentuk pengalaman yang kita alami namun tidak kita sukai. Tingkatannya bermacam-macam, mulai dari yang terkecil, hingga yang besar, seperti bencana alam atau semisalnya.

Salah satu bentuk musibah terkecil adalah tertusuk duri, sebagaimana hadits dari 'Aisyah radhiallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:

مَا مِنۡ مُصِيبَةٍ تُصِيۡبُ الۡمُسۡلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِـهَا عَنۡهُ حَتَّى الشَّوۡكَةِ يُشَاكُهَا .

"Tidak ada satu pun musibah yang menimpa seorang muslim, melainkan dosanya dihapus oleh Allah dengannya, sekalipun musibah itu hanya karena tertusuk duri." (H.R. Al-Bukhari No. 5640 dan Muslim No. 2572).

Tingkatan lain dari musibah adalah rasa takut, kelaparan, kekurangan harta dan kematian. Hal ini tercantum dalam firman Allah berikut:

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَالۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ الۡأَمۡوٰلِ وَالۡأَنفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِينَ

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah [2]: 155).

Apakah hanya itu? Tidak. Masih banyak bentuk musibah lain yang mungkin Allah timpakan. Dapat berupa penyakit, kehilangan harta, kemarau, banjir, angin tornado, gempa bumi, gunung meletus, dan masih banyak lagi.

Perlu diingat bahwa setiap musibah atau bencana yang menimpa, biasanya hanya mengandung dua hikmah di dalamnya, yaitu ujian dan teguran (azab).

Cobaan atau ujian dari Allah bertujuan untuk menguji kualitas keimanan dan ketakwaan seorang hamba. Selain cobaan dengan musibah seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 155 tadi, Allah juga memberikan cobaan dalam bentuk kenikmatan dunia. Inilah yang disebut dengan "fitnah".

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ الۡمَوۡتِۗ وَنَبۡلُوكُم بِالشَّرِّ وَالۡخَيۡرِ فِتۡنَةٗۖ وَإِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ  ٣٥

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiya’ [21]: 35).

وَاعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَآ أَمۡوٰلُكُمۡ وَأَوۡلٰدُكُمۡ فِتۡنَةٞ وَأَنَّ اللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ  ٢٨

"Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. Al-Anfal [8]: 28).

إِنَّمَآ أَمۡوٰلُكُمۡ وَأَوۡلٰدُكُمۡ فِتۡنَةٞۚ وَاللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ  ١٥

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. At-Taghabun [64]: 15).

Hadits dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَا تَرَكۡتُ بَعۡدِي فِتۡنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ .

"Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih dahsyat bagi kaum laki-laki daripada fitnah wanita." (H.R. Al-Bukhari No. 5096 dan Muslim No. 2740).

Selain sebagai ujian keimanan, musibah juga dapat berlaku sebagai hukuman atau balasan di dunia atas dosa yang telah dilakukan.

Bila bencana dikaitkan dengan azab, maka itu benar jika dikatakan bahwa perbuatan maksiat dan dosa adalah penyebabnya. Kemaksiatan dapat mengundang kemarahan Allah sehingga Allah datangkan azab. Hal ini telah berulang kali Allah sebutkan melalui beberapa firman-Nya:

وَمَآ أَصٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ 

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. As-Syura [42]: 30).

مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَةٖ فَمِنَ اللَّهِۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٖ فَمِن نَّفۡسِكَ ...  ٧٩

"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri..." (QS. An-Nisa’ [4]: 79).

... يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغۡيُكُمۡ عَلٰٓى أَنفُسِكُمۖ مَّتٰعَ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ...  ٢٣

"... Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Yunus [10]: 23).

وَلَا يَزَالُ الَّذِينَ كَفَرُواْ تُصِيبُهُم بِمَا صَنَعُواْ قَارِعَةٌ أَوۡ تَحُلُّ قَرِيبٗا مِّن دَارِهِمۡ حَتّٰى يَأۡتِيَ وَعۡدُ اللَّهِۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخۡلِفُ الۡمِيعَادَ  ٣١
"... Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji." (QS. Ar-Ra'd [13]: 31).

Namun jangan berhenti sampai di situ saja. Bila memang suatu bencana dikatakan sebagai azab, maka yang menjadi terdakwa bukan hanya mereka pelaku kemusyrikan, pelaku penyimpangan seksual dan pelaku zina. Bisa jadi diri kita adalah terdakwa juga yang turut berkontribusi memancing kemarahan Allah, karena sebab turunnya azab bukan hanya karena dua jenis dosa itu saja.

Mari kita baca sejarah azab dan bencana besar yang telah Allah ceritakan dalam Al-Quran.

Pertama, azab kepada umat Nabi Nuh 'alaihissalam. Mereka adalah pelaku kemusyrikan dengan menyembah berhala, mereka dihancurkan dengan banjir besar dan mungkin itu adalah gelombang tsunami pertama dalam sejarah umat manusia.

وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلٰى قَوۡمِهِۦٓ إِنِّي لَكُمۡ نَذِيرٞ مُّبِينٌ ٢٥ أَن لَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّا اللَّهَۖ إِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٍ أَلِيمٖ  ٢٦

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagimu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan"." (QS. Hud [11]: 25-26).

وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدّٗا وَلَا سُوَاعٗا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسۡرٗا  ٢٣

"Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr"." (QS. Nuh [71]: 23).

وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلٰى قَوۡمِهِۦ فَلَبِثَ فِيهِمۡ أَلۡفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمۡسِينَ عَامٗا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمۡ ظٰلِمُونَ  ١٤ فَأَنجَيۡنٰهُ وَأَصۡحٰبَ السَّفِينَةِ وَجَعَلۡنٰهَآ ءَايَةٗ لِّلۡعٰلَمِينَ  ١٥

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia." (QS. Al-‘Ankabut [29]: 14-15).

Kedua, azab kepada umat Nabi Luth 'alaihissalam yang selalu gemar berzina dan melakukan penyimpangan seksual. Allah mengazab dengan membalikkan negeri mereka serta hujan batu panas yang terbakar.

وَجَآءَهُۥ قَوۡمُهُۥ يُهۡرَعُونَ إِلَيۡهِ وَمِن قَبۡلُ كَانُواْ يَعۡمَلُونَ السَّيِّ‍َٔاتِۚ قَالَ يٰقَوۡمِ هٰٓؤُلَآءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطۡهَرُ لَكُمۡۖ فَاتَّقُواْ اللَّهَ وَلَا تُخۡزُونِ فِي ضَيۡفِيٓۖ أَلَيۡسَ مِنكُمۡ رَجُلٞ رَّشِيدٞ ٧٨ قَالُواْ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنۡ حَقّٖ وَإِنَّكَ لَتَعۡلَمُ مَا نُرِيدُ  ٧٩

"Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: "Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu sudah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki"." (QS. Hud [11]: 78-79).

فَلَمَّا جَآءَ أَمۡرُنَا جَعَلۡنَا عٰلِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمۡطَرۡنَا عَلَيۡهَا حِجَارَةٗ مِّن سِجِّيلٖ مَّنضُودٖ  ٨٢

"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi," (QS. Hud [11]: 82).

Ketiga, umat Nabi Hud 'alaihissalam (kaum 'Ad) yang juga selalu berbuat kemusyrikan dengan menyembah berhala dan mengikuti penguasa yang zalim. Allah binasakan mereka dengan angin kencang yang menghancurkan negeri mereka.

قَالُواْ يٰهُودُ مَا جِئۡتَنَا بِبَيِّنَةٖ وَمَا نَحۡنُ بِتَارِكِيٓ ءَالِهَتِنَا عَن قَوۡلِكَ وَمَا نَحۡنُ لَكَ بِمُؤۡمِنِينَ  ٥٣

"Kaum 'Ad berkata: "Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu." (QS. Hud [11]: 53).

وَتِلۡكَ عَادٞۖ جَحَدُواْ بِ‍َٔايٰتِ رَبِّهِمۡ وَعَصَوۡاْ رُسُلَهُۥ وَاتَّبَعُوٓاْ أَمۡرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٖ  ٥٩

"Dan itulah (kisah) kaum 'Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran)." (QS. Hud [11]: 59).

فَلَمَّا رَأَوۡهُ عَارِضٗا مُّسۡتَقۡبِلَ أَوۡدِيَتِهِمۡ قَالُواْ هٰذَا عَارِضٞ مُّمۡطِرُنَاۚ بَلۡ هُوَ مَا اسۡتَعۡجَلۡتُم بِهِۦۖ رِيحٞ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٞ  ٢٤ تُدَمِّرُ كُلَّ شَيۡءِۢ بِأَمۡرِ رَبِّهَا فَأَصۡبَحُواْ لَا يُرٰٓى إِلَّا مَسٰكِنُهُمۡۚ كَذٰلِكَ نَجۡزِي الۡقَوۡمَ الۡمُجۡرِمِينَ  ٢٥

"Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabb-nya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa." (QS. Al-Ahqaf [46]: 24-25).

Keempat, azab yang menimpa umat Nabi Syu'aib 'alaihissalam (suku Madyan) yang selalu suka mencurangi timbangan dan korupsi. Mereka dibinasakan dengan gempa dan suara sangat keras yang menggelegar dan mematikan.

وَإِلٰى مَدۡيَنَ أَخَاهُمۡ شُعَيۡبٗاۚ قَالَ يٰقَوۡمِ اعۡبُدُواْ اللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلٰهٍ غَيۡرُهُۥۖ وَلَا تَنقُصُواْ الۡمِكۡيَالَ وَالۡمِيزَانَۖ إِنِّيٓ أَرٰىكُم بِخَيۡرٖ وَإِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٖ مُّحِيطٖ ٨٤ وَيٰقَوۡمِ أَوۡفُواْ الۡمِكۡيَالَ وَالۡمِيزَانَ بِالۡقِسۡطِۖ وَلَا تَبۡخَسُواْ النَّاسَ أَشۡيَآءَهُمۡ وَلَا تَعۡثَوۡاْ فِي الۡأَرۡضِ مُفۡسِدِينَ  ٨٥

"Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Ilah bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)". Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan." (QS. Hud [11]: 84-85). Lihat pula QS. Al-A'raf [7]: 85.

وَقَالَ الۡمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوۡمِهِۦ لَئِنِ اتَّبَعۡتُمۡ شُعَيۡبًا إِنَّكُمۡ إِذٗا لَّخٰسِرُونَ . فَأَخَذَتۡهُمُ الرَّجۡفَةُ فَأَصۡبَحُواْ فِي دَارِهِمۡ جٰثِمِينَ .

"Pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi". Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka," (QS. Al-A'raf [7]: 90-91).

وَلَمَّا جَآءَ أَمۡرُنَا نَجَّيۡنَا شُعَيۡبٗا وَالَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ بِرَحۡمَةٖ مِّنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُواْ الصَّيۡحَةُ فَأَصۡبَحُواْ فِي دِيٰرِهِمۡ جٰثِمِينَ  ٩٤

"Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya." (QS. Hud [11]: 94).

Kelima, umat Nabi Shaleh 'alaihissalam (kaum Tsamud) yang kufur dan dilanda hedonisme (orang yang tujuan hidupnya adalah kenikmatan materi) dan cinta dunia yang berlebihan. Mereka dimusnahkan dengan gempa dan juga suara keras yang mengguntur di langit.

إِذۡ قَالَ لَهُمۡ أَخُوهُمۡ صٰلِحٌ أَلَا تَتَّقُونَ . إِنِّي لَكُمۡ رَسُولٌ أَمِينٞ . فَاتَّقُواْ اللَّهَ وَأَطِيعُونِ . وَمَآ أَسۡ‍َٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ مِنۡ أَجۡرٍۖ إِنۡ أَجۡرِيَ إِلَّا عَلٰى رَبِّ الۡعٰلَمِينَ . أَتُتۡرَكُونَ فِي مَا هٰهُنَآ ءَامِنِينَ . فِي جَنّٰتٖ وَعُيُونٖ . وَزُرُوعٖ وَنَخۡلٖ طَلۡعُهَا هَضِيمٞ . وَتَنۡحِتُونَ مِنَ الۡجِبَالِ بُيُوتٗا فٰرِهِينَ . فَاتَّقُواْ اللَّهَ وَأَطِيعُونِ . وَلَا تُطِيعُوٓاْ أَمۡرَ الۡمُسۡرِفِينَ . اَلَّذِينَ يُفۡسِدُونَ فِي الۡأَرۡضِ وَلَا يُصۡلِحُونَ .

"Ketika saudara mereka, Shaleh, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Adakah kamu akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kamu ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin; maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku; dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan"." (QS. Asy-Syu'ara [26]: 142-152).

فَعَقَرُواْ النَّاقَةَ وَعَتَوۡاْ عَنۡ أَمۡرِ رَبِّهِمۡ وَقَالُواْ يٰصٰلِحُ ائۡتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ الۡمُرۡسَلِينَ  ٧٧ فَأَخَذَتۡهُمُ الرَّجۡفَةُ فَأَصۡبَحُواْ فِي دَارِهِمۡ جٰثِمِينَ  ٧٨

"Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Rabb mereka. Dan mereka berkata: "Hai Shaleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)". Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka." (QS. Al-A'raf [7]: 77-78).

وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُواْ الصَّيۡحَةُ فَأَصۡبَحُواْ فِي دِيٰرِهِمۡ جٰثِمِينَ  ٦٧ كَأَن لَّمۡ يَغۡنَوۡاْ فِيهَآۗ أَلَآ إِنَّ ثَمُودَاْ كَفَرُواْ رَبَّهُمۡۗ أَلَا بُعۡدٗا لِّثَمُودَ  ٦٨

"Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Rabb mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud." (QS. Hud [11]: 67-68).

Keenam, sebagai tambahan ada penguasa Yaman, Raja Abrahah, yang berusaha menghancurkan Ka’bah sebagai bagian dari ambisinya untuk memonopoli perekonomian. Pasukannya justru dihancurkan oleh Allah dengan mengenaskan sebagaimana dilukiskan dalam surah Al-Fil.

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحٰبِ الۡفِيلِ  ١ أَلَمۡ يَجۡعَلۡ كَيۡدَهُمۡ فِي تَضۡلِيلٖ  ٢ وَأَرۡسَلَ عَلَيۡهِمۡ طَيۡرًا أَبَابِيلَ  ٣ تَرۡمِيهِم بِحِجَارَةٖ مِّن سِجِّيلٖ  ٤ فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٖ مَّأۡكُولِ  ٥

"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Rabb-mu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Allah telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Allah kirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Allah jadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)." (QS. Al-Fil [105]: 1-5).

Kita sering kali hanya mengaitkan bencana yang terjadi dengan kemusyrikan dan perzinaan (peristiwa di masa Nabi Nuh dan Nabi Luth). Kita lupa bahwa azab juga Allah turunkan pada mereka yang cinta dunia, gila harta dan suka memakan harta riba seperti di masa Nabi Syu'aib, Nabi Shaleh dan penguasa Yaman.

Pada masa Nabi Nuh, persentase dosa terbesar adalah pelaku kemusyrikan, begitu pula pada masa Nabi Hud. Pada masa Nabi Luth persentase dosa terbesar adalah pelaku penyimpangan seksual dan perzinaan. Sedangkan pada zaman Nabi Syu'aib, Nabi Shaleh dan Penguasa Yaman persentase dosa terbesar adalah kaum hedonisme pecinta harta dunia.

Sekarang mari kita buat persentase untuk zaman sekarang ini. Mari kita kelompokkan beberapa bentuk perbuatan dosa berikut:
  1. Pelaku musyrik: perdukunan, bersekutu dengan jin dan penyembahan berhala.
  2. Penyimpangan seksual: LGBT, hubungan seksual sejenis atau sesama mahram.
  3. Perzinaan: pelacuran dan perselingkuhan.
  4. Pecinta dunia: penimbun harta, koruptor dan pelaku riba.
Dari keempat perbuatan dosa tersebut, manakah yang paling banyak terjadi di negeri ini? Atau terjadi di lingkungan tempat tinggal kita? Atau mungkin bahkan ada di antara dosa tersebut yang kita sendiri pelakunya? Na’udzubillah min dzalik!

Oleh sebab itu, saudara-saudara seiman sekalian. Ketika kita tertimpa bencana atau musibah, hal terbaik yang harus kita lakukan adalah, mengucapkan istirja`, beristighfar memohon ampun kepada Allah serta bermuhasabah atau introspeksi diri.

اَلَّذِينَ إِذَآ أَصٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رٰجِعُونَ 

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan sesungguhnya hanya kepada Allah-lah kita kembali)." (QS. Al-Baqarah [2]: 156).

Sedangkan bagi mereka yang tidak terkena musibah tersebut, janganlah mencari-cari aib dan keburukan dari mereka yang terkena musibah dan tidak pula menyalahkan mereka. Alangkah lebih baik jika kita dapat ikut andil dalam meringankan beban mereka, dengan bantuan apa pun yang bisa kita lakukan, baik moral maupun material.

Selanjutnya, kita harus berupaya untuk menghindari berbagai perbuatan maksiat dan dosa agar tidak mengundang kemurkaan Allah. Berubah menjadi pribadi-pribadi yang beriman dan bertakwa. Karena hanya iman dan takwa yang dapat membuka pintu rahmat dan keberkahan dari langit dan bumi.

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ الۡقُرٰٓى ءَامَنُواْ وَاتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكٰتٖ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡأَرۡضِ وَلٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ  ٩٦

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf [7]: 96).

Semoga kita dapat terhindar dari segala perbuatan maksiat dan dosa. Sehingga kita juga dapat terhindar dari murka Allah dan azab di dunia dan akhirat.

* * *

Post a Comment

0 Comments