Semua Nabi Beragama Islam


Masih banyak orang yang salah kaprah dalam memahami risalah dan ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul utusan Allah 'Azza wa Jalla.

Kesalahan tersebut berupa pemahaman bahwa Nabi Ibrahim mengajarkan agama Yahudi, dan Nabi Isa membawa ajaran agama Nasrani. Bahkan sebagian umat Islam juga mempercayainya.

Bahkan diperparah oleh golongan orang liberal yang mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah bapak 3 agama, yaitu Islam, Yahudi dan Nasrani (Kristen).

Ada pula perdebatan antara kalangan Yahudi dan Nasrani. Orang Yahudi mengklaim bahwa Ibrahim beragama Yahudi, sementara orang Nasrani juga mengklaim bahwa Ibrahim beragama Nasrani.

Ini adalah pemahaman yang menyimpang dari al-Quran dan Sunnah, dan berpotensi untuk merusak akidah umat Islam. Padahal semua nabi beragama Islam. Semoga kita terlindung dari paham yang menyimpang tersebut.

Dalam tulisan ini, kami akan coba membahas dan mengklarifikasi kesalahpahaman yang sudah terlanjur menyebar di kalangan umat Islam yang bersumber dari paham orang-orang liberal.

Perhatian! Artikel ini tidak dimaksudkan untuk mendiskriminasi suku, ras atau agama tertentu. Artikel ini hanya menjelaskan perkara-perkara aqidah dari sudut pandang Agama Islam yang bersumber dari dalil-dalil al-Quran dan hadits shahih.

Semua Nabi Beragama Islam

Ini adalah konsep dasar yang harus ditanamkan dengan kuat dalam hati setiap umat Islam, bahwa seluruh Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah adalah beragama Islam dan hanya menyeru kepada ajaran Tauhid. Hal ini telah Allah tegaskan dalam firman-Nya:

وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ 

“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian”.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 25).

Ayat ini sebenarnya sudah cukup untuk menjelaskan bahwa para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai seorang Muslim yang juga mengajarkan nilai-nilai Tauhid untuk menyembah Allah.

Ayat tersebut dikuatkan pula oleh sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berikut:

وَالۡأَنۡبِيَاءُ إِخۡوَةٌ لِعَلَّاتٍ أُمَّهَاتُـهُمۡ شَتَّى وَدِينُهُمۡ وَاحِدٌ . – رواه البخاري ومسلم

“Para nabi adalah bersaudara dari satu ayah (Adam) dengan ibu yang berbeda, sedangkan agama mereka satu (Islam).” (H.R. Al-Bukhari No. 3443 dan Muslim No. 2365).

Ibnu Hajar Al-Atsqalani menjelaskan makna hadits tersebut, beliau berkata:

معنى الحديث أن أصل دينهم واحد وهو التوحيد وإن اختلفت فروع الشرائع

“Makna hadits ini, bahwa prinsip agama para nabi itu sama, yaitu tauhid. Meskipun rincian syariatnya berbeda-beda.” (Fathul Bari, 6/489).

Dapat disimpulkan bahwa keyakinan yang benar dan tanpa ada ikhtilaf di antara para ulama adalah bahwa seluruh Nabi dan Rasul adalah beragama Islam dan hanya mengajarkan nilai-nilai tauhid dalam Islam.

Oleh sebab itu, keyakinan inilah yang seharusnya tertanam dalam diri setiap umat Islam.

Agama Nabi Musa adalah Islam

Allah berfirman dalam Al-Quran,

وَقَالَ مُوسَىٰ يَٰقَوۡمِ إِن كُنتُمۡ ءَامَنتُم بِٱللَّهِ فَعَلَيۡهِ تَوَكَّلُوٓاْ إِن كُنتُم مُّسۡلِمِينَ 

“Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang muslim”.” (QS. Yunus [10]: 84).

Agama Nabi Ibrahim adalah Islam

Allah berfirman,

وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبۡرَٰهِ‍ۧمُ بَنِيهِ وَيَعۡقُوبُ يَٰبَنِيَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ 

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.” (QS. Al-Baqarah [2]: 132).

Orang-orang yang mengatakan bahwa Ibrahim beragama Yahudi atau Nasrani terbantahkan oleh ayat ini.

Allah juga telah membantah klaim mereka melalui ayat-ayat berikut:

وَقَالُواْ كُونُواْ هُودًا أَوۡ نَصَٰرَىٰ تَهۡتَدُواْۗ قُلۡ بَلۡ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ حَنِيفٗاۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ 

“Dan mereka berkata: “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk”. Katakanlah: “Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik”.” (QS. Al-Baqarah [2]: 135).

مَا كَانَ إِبۡرَٰهِيمُ يَهُودِيّٗا وَلَا نَصۡرَانِيّٗا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفٗا مُّسۡلِمٗا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ 

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang muslim yang lurus dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Ali Imran [3]: 67).

Kedua ayat tersebut adalah bantahan dari Allah untuk orang Yahudi dan Nasrani sekaligus untuk meluruskan akidah dan keyakinan umat Islam.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bukanlah orang Yahudi atau Nasrani. Melainkan adalah seorang muslim yang lurus dan hanya tunduk berserah diri kepada Allah.

Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,

يٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ لِمَ تُحَآجُّونَ فِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَمَآ أُنزِلَتِ ٱلتَّوۡرَىٰةُ وَٱلۡإِنجِيلُ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ 

“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Ali Imran [3]: 65).

Ayat ini seakan-akan Allah mengajak kita untuk berpikir menggunakan nalar dan logika pikiran kita.

Bagaimana mungkin Nabi Ibrahim adalah orang Yahudi, sedangkan kitab Taurat baru diturunkan di masa Nabi Musa?

Bagaimana mungkin pula Nabi Ibrahim adalah orang Nasrani, sedangkan kitab Injil baru diturunkan di masa Nabi Isa?

Mari kita berpikir, karena Allah berfirman: “Apakah kamu tidak berpikir?”

Agama Nabi Isa adalah Islam

Allah berfirman:

فَلَمَّآ أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنۡهُمُ ٱلۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ أَنصَارِيٓ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ 

“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslim).” (QS. Ali Imran [3]: 52).

Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman:

يٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُوٓاْ أَنصَارَ ٱللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ لِلۡحَوَارِيِّ‍ۧنَ مَنۡ أَنصَارِيٓ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِۖ فَ‍َٔامَنَت طَّآئِفَةٞ مِّنۢ بَنِيٓ إِسۡرٰٓءِيلَ وَكَفَرَت طَّآئِفَةٞۖ فَأَيَّدۡنَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ عَلَىٰ عَدُوِّهِمۡ فَأَصۡبَحُواْ ظَٰهِرِينَ 

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (QS. As-Shaff [61]: 14).

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan:

Pada akhirnya mereka berpecah belah menjadi tiga golongan; suatu golongan mengatakan, “Tadi tuhan bersama kita selama masa yang dikehendaki-Nya, kemudian ia naik ke langit,” mereka adalah golongan Ya’qubiyah.

Golongan yang lain mengatakan, “Tadi anak Allah ada bersama kita selama masa yang dikehendaki-Nya, kemudian Dia mengangkatnya ke sisi-Nya,” mereka adalah golongan Nasturiyah.

Dan golongan yang terakhir mengatakan, “Tadi hamba Allah dan Rasul-Nya ada bersama kita selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya ke sisi-Nya,” mereka adalah orang-orang Islam.

Maka kedua golongan yang kafir itu memerangi golongan yang muslim dan membunuh mereka, dan Islam sejak saat itu tidak disebut-sebut lagi hingga Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Penjelasan yang sama juga diuraikan oleh Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya.

Allah juga berfirman:

لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ وَقَالَ ٱلۡمَسِيحُ يَٰبَنِيٓ إِسۡرٰٓءِيلَ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ 

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam”, padahal Al-Masih berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabb-ku dan Rabb-mu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maidah [5]: 72).

Telah jelas ayat-ayat Allah menerangkan bahwa seluruh Nabi dan Rasul, terutama Nabi Ibrahim dan Nabi Isa ‘alahimussalam adalah beragama Islam dan hanya menyeru untuk menyembah Allah saja.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tidak pernah mengajarkan agama Yahudi atau Nasrani. Begitu pula Nabi Isa ‘alaihissalam tidak pernah mengajarkan agama Nasrani.

Agama Yahudi dan Nasrani lahir dari penyimpangan yang dilakukan oleh manusia. Agama Yahudi lahir dari penyimpangan sebagian orang-orang Bani Israil, sedangkan agama Nasrani berasal dari penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian kaum hawariyyun pengikut nabi Isa ‘alaihissalam.

Demikianlah dalil-dalil syar'i dan shahih yang mengatakan bahwa semua nabi yang diutus oleh Allah adalah beragama Islam dan menyerukan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah. Semoga tulisan ini dapat meluruskan pemahaman kita yang barangkali keliru.

Wallahu A’lam bis-Shawab...
* * *

Post a Comment

0 Comments