Doa iftitah atau istiftah adalah doa yang dibaca dalam shalat setelah takbiratul ihram sebelum ta'awudz surah Al-Fatihah.
Seluruh ulama sepakat bahwa hukum bacaan istiftah adalah sunnah. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: "Ketahuilah bahwa semua doa-doa (iftitah) ini hukumnya mustahabbah (sunnah) baik dalam shalat fardhu maupun shalat sunnah." (Al-Adzkar, 1/107).
Macam-macam Doa Istiftah
Berdasarkan dalil-dalil hadits shahih, ditemukan setidaknya ada 12 macam doa istiftah yang diamalkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat.
Kedua belas doa istiftah tersebut telah dikumpulkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam kitab beliau Shifatu Shalat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Di sini kita akan tuliskan semua dalil-dalil tersebut agar umat Islam lebih terbuka wawasannya sehingga tidak lagi saling menyalahkan orang lain yang berbeda dalam pemilihan doa istiftah. Selama didasari dengan dalil yang shahih, maka itu benar dan dapat diamalkan.
Selain itu, agar kita bisa menilai apakah doa yang kita baca sudah sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam atau belum.
Doa #1
سُبۡحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَبِحَمۡدِكَ وَتَبَارَكَ اسۡمُكَ وَتَعَالَى
جَدُّكَ وَلَا إِلٰهَ غَيۡرُكَ .
"Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Engkau." (H.R. Muslim No. 399, Abu Daud No. 775, At-Tirmidzi No. 242 dan Ibnu Majah No. 804).
Ibnu Taimiyah berkata, "Disunnahkan membaca doa istiftah tersebut dalam shalat fardhu. Sedangkan doa istiftah yang lain dianjurkan oleh sebagian ulama untuk dibaca pada shalat nafilah (shalat sunnah)." (Shifat Ash-Shalah min Syarhil-'Umdah karya Ibnu Taimiyah, hlm. 86).
Ibnu Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma'ad (1:194) berkata, "Ada riwayat shahih dari Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu bahwa ia mencontohkan membaca doa istiftah seperti ini dan menganggap bahwa inilah kebiasaan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Umar mengeraskan bacaannya dan mengajarkannya kepada yang lainnya. Apa yang dilakukan Umar di sini dapat dihukumi marfu' (sampai pada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam). Imam Ahmad bahkan mengatakan, 'Saya biasa memakai doa istiftah seperti yang dibaca oleh Umar. Seandainya yang lainnya mengamalkan doa istiftah yang lain, maka itu juga baik."
Demikianlah, doa ini banyak diamalkan oleh para sahabat Nabi, sehingga para ulama pun banyak yang lebih menyukai untuk mengamalkan doa ini dalam shalat. Selain itu, doa ini cukup singkat dan sangat tepat bagi imam yang mengimami banyak orang yang kondisinya lemah, seperti anak-anak dan orang tua.
Doa #2
اَللّٰهُمَّ بَاعِدۡ بَيۡنِي وَبَيۡنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدۡتَ بَيۡنَ
الۡمَشۡرِقِ وَالۡمَغۡرِبِ . اَللّٰهُمَّ نَقِّنِي مِنۡ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى
الثَّوۡبُ الۡأَبۡيَضُ مِنَ الدَّنَسِ . اَللّٰهُمَّ اغۡسِلۡنِي مِنۡ خَطَايَايَ
بِالۡمَاءِ وَالثَّلۡجِ وَالۡبَرَدِ .
"Ya Allah, jauhkanlah antara diriku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun)." (H.R. Al-Bukhari no. 744, An-Nasa’i no. 895).
Dalam riwayat Muslim No. 598 dan An-Nasa’i No. 60 disebutkan dengan lafaz:
... بِالثَّلۡجِ وَالۡمَاءِ وَالۡبَرَدِ
"... dengan salju, air dan embun."
Sedangkan dalam riwayat Ibnu Majah No. 805 disebutkan dengan lafaz:
... اَللّٰهُمَّ نَقِّنِي مِنۡ خَطَايَايَ كَالثَّوۡبِ الۡأَبۡيَضِ
مِنَ الدَّنَسِ ...
"... Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku seperti bersihnya pakaian putih dari kotoran..."
Doa istiftah jenis ini biasa dibaca Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam shalat fardhu. Doa ini adalah doa yang paling shahih di antara doa istiftah lainnya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam Fathul Baari (2/183).
Doa #3
اَلۡحَمۡدُ لِلّٰهِ حَمۡدًا كَثِيرًا
طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ .
"Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang terbaik dan pujian yang penuh keberkahan di dalamnya." (H.R. Muslim No. 600).
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, ketika ada seorang lelaki yang datang untuk shalat berjamaah namun nafasnya masih terengah-engah lalu dia membaca doa istiftah tersebut. Setelah selesai shalat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَقَدۡ رَأَيۡتُ اثۡنَيۡ عَشَرَ مَلَكًا يَبۡتَدِرُونَـهَا أَيُّهُمۡ
يَرۡفَعُهَا .
"Aku melihat dua belas malaikat yang berebut saling berlomba untuk mengangkat doa itu (kepada Allah)."
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Daud No. 763 dan An-Nasa`i No. 901 dengan tambahan lafaz "Allahu Akbar" di awal doanya.
Doa #4
اَللّٰهُ أَكۡبَرُ كَبِيرًا وَالۡحَمۡدُ
لِلّٰهِ كَثِيرًا وَسُبۡحَانَ اللّٰهِ بُكۡرَةً وَأَصِيلًا .
"Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang." (H.R. Muslim No. 601).
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiallahu 'anhu, ia berkata:
بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ إِذۡ قال رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: اللّٰهُ أَكۡبَرُ كَبِيرًا وَالۡحَمۡدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا وَسُبۡحَانَ
اللّٰهِ بُكۡرَةً وَأَصِيلًا فَقالَ رَسُولُ الله ﷺ مَنْ الۡقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا قَالَ رَجُلٌ مِنَ الۡقَوۡمِ أَنَا يَا رَسُولَ
اللهِ قالَ عَجِبْتُ لَهَا فُتِحَتْ لَهَا أَبْوابُ السَّمَاءِ . قال ابْنُ عُمَرَ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ ذَلِكَ . – رواه مسلم
“Ketika kami shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ada seorang lelaki yang membaca: Allahu Akbar kabira walhamdulillahi katsira wa subhanallahi bukratawwa-ashila. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu bertanya: "Siapa yang membaca kalimat tadi?" Lalu seseorang menjawab, "Saya, ya Rasulullah." Beliau bersabda: "Aku sangat kagum dengan doa tadi, karena pintu-pintu langit dibukakan baginya." Ibnu Umar berkata: "Aku tidak pernah meninggalkan doa ini sejak beliau bersabda demikian"."
Hadits ini diriwayatkan pula oleh At-Tirmidzi No. 3592 dan An-Nasa`i No. 886.
Doa #5
Dari Muhammad bin Maslamah, ia berkata bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bangkit untuk mengerjakan shalat sunnah, maka beliau membaca:
اَللّٰهُ أَكۡبَرُ وَجَّهۡتُ وَجۡهِيَ
لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضَ حَنِيفًا مُسۡلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الۡمُشۡرِكِينَ
. إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الۡعَالَمِينَ .
لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا أَوَّلُ الۡمُسۡلِمِينَ . اَللّٰهُمَّ
أَنۡتَ الۡمَلِكُ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنۡتَ سُبۡحَانَكَ وَبِحَمۡدِكَ .
"Allah Maha Besar. Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang lurus dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku (kurbanku), hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan dengan itu aku patuh kepada perintah-Nya, dan aku termasuk orang yang berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan dengan memuji-Mu"." (H.R. An-Nasa`i, No. 898. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shifatu Shalatin Nabi 1/251).
Doa #6
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiallahu 'anhu, ia berkata bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bangun untuk shalat malam, beliau bertakbir, kemudian membaca:
سُبۡحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَبِحَمۡدِكَ
وَتَبَارَكَ اسۡمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلٰهَ غَيۡرَكَ .
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ (3x) اَللّٰهُ
أَكۡبَرُ كَبِيرًا (3x)
"Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Engkau. Tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah (3x), Allah Maha Besar (3x)." (H.R. Abu Daud No. 775).
Doa #7
Dalam hadits riwayat Muslim No. 771 dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu, biasanya apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat, beliau membaca doa iftitah:
وَجَّهۡتُ وَجۡهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ
السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الۡمُشۡرِكِينَ . إِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الۡعَالَمِينَ . لَا
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِينَ . اَللّٰهُمَّ أَنۡتَ
الۡمَلِكُ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنۡتَ . أَنۡتَ رَبِّي وَأَنَا عَبۡدُكَ ظَلَمۡتُ
نَفۡسِي وَاعۡتَرَفۡتُ بِذَنۡبِي فَاغۡفِرۡلِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغۡفِرُ
الذُّنُوبَ إِلَّا أَنۡتَ . وَاهۡدِنِي لِأَحۡسَنِ الۡأَخۡلَاقِ لَا يَهۡدِي لِأَحۡسَنِهَا
إِلَّا أَنۡتَ وَاصۡرِفۡ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصۡرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا
أَنۡتَ . لَبَّيۡكَ وَسَعۡدَيۡكَ وَالۡخَيۡرُ كُلُّهُ فِي يَدَيۡكَ وَالشَّرُّ لَيۡسَ
إِلَيۡكَ . أَنَا بِكَ وَإِلَيۡكَ تَبَارَكۡتَ وَتَعَالَيۡتَ أَسۡتَغۡفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيۡكَ .
"Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang Maha Pencipta langit dan bumi dengan lurus dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku (kurbanku), hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan dengan itu aku patuh kepada perintah-Nya, dan aku termasuk orang yang berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah Rabb-ku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Maka ampunilah segala dosa-dosaku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau. Tunjukilah kepadaku akhlak yang paling baik, sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya selain Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, sesungguhnya tidak ada yang dapat menjauhkannya selain Engkau. Aku penuhi segala perintahmu dan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan ada di tangan-Mu, sedangkan kejahatan bukan dari-Mu. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Mahasuci dan Maha Tinggi Engkau. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu." (H.R. Muslim No. 771 dan At-Tirmidzi No. 3422).
Doa yang serupa juga ada dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi yang juga dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan shalat malam, beliau membaca doa iftitah:
وَجَّهۡتُ وَجۡهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ
السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الۡمُشۡرِكِينَ . إِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الۡعَالَمِينَ . لَا
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِينَ . اَللّٰهُمَّ أَنۡتَ
الۡمَلِكُ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنۡتَ . أَنۡتَ رَبِّي وَأَنَا عَبۡدُكَ ظَلَمۡتُ
نَفۡسِي وَاعۡتَرَفۡتُ بِذَنۡبِي فَاغۡفِرۡلِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغۡفِرُ
الذُّنُوبَ إِلَّا أَنۡتَ . وَاهۡدِنِي لِأَحۡسَنِ الۡأَخۡلَاقِ لَا يَهۡدِي لِأَحۡسَنِهَا
إِلَّا أَنۡتَ وَاصۡرِفۡ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصۡرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا
أَنۡتَ . آمَنۡتُ بِكَ تَبَارَكۡتَ وَتَعَالَيۡتَ أَسۡتَغۡفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيۡكَ
.
"Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang Maha Pencipta langit dan bumi dengan lurus dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku (kurbanku), hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan dengan itu aku patuh kepada perintah-Nya, dan aku termasuk orang yang berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah Rabb-ku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Maka ampunilah segala dosa-dosaku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau. Tunjukilah kepadaku akhlak yang paling baik, sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya selain Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, sesungguhnya tidak ada yang dapat menjauhkannya selain Engkau. Aku beriman kepada-Mu. Mahasuci dan Maha Tinggi Engkau. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu." (H.R. At-Tirmidzi No. 3421).
Doa #8
Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhu berkata bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memulai shalat, maka beliau bertakbir lalu membaca doa:
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ
وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الۡعَالَمِينَ . لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرۡتُ
وَأَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِينَ . اَللّٰهُمَّ اهۡدِنِي لِأَحۡسَنِ الۡأَعۡمَالِ
وَأَحۡسَنِ الۡأَخۡلَاقِ لَا يَهۡدِي لِأَحۡسَنِهَا إِلَّا أَنۡتَ . وَقِنِي سَيِّئَ
الۡأَعۡمَالِ وَسَيِّئَ الۡأَخۡلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنۡتَ .
"Sesungguhnya shalatku, ibadahku (kurbanku), hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintah-Nya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, tunjukilah aku amal dan akhlak yang terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkanku kecuali Engkau. Jauhkanlah aku dari amal dan akhlak yang buruk. Tidak ada yang dapat menjauhkanku darinya kecuali Engkau.” (HR. An-Nasa`i 896 dan Daruquthni, 112).
Doa #9
Abu Salamah bin Abdurrahman bin 'Auf bertanya kepada 'Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu 'anha, "Doa iftitah apa yang dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika mengawali shalat malamnya?"
'Aisyah menjawab: "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat malam, beliau membaca doa iftitah:
اللّٰهُمَّ رَبَّ جَبۡرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسۡرَافِيلَ فَاطِرَ
السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ عَالِمَ الۡغَيۡبِ وَالشَّهَادَةِ . أَنۡتَ تَحۡكُمُ بَيۡنَ
عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخۡتَلِفُونَ . اِهۡدِنِي لِمَا اخۡتُلِفَ فِيهِ
مِنَ الۡحَقِّ بِإِذۡنِكَ إِنَّكَ تَهۡدِي مَنۡ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسۡتَقِيمٍ
.
"Ya Allah, Rabb-nya Jibril, Mikail dan Israfil. Maha Pencipta langit dan bumi. Maha mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkaulah hakim di antara hamba-hamba-Mu untuk memutuskan apa yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran dari apa yang diperselisihkan dengan seizin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki." (H.R. Muslim No. 770).
Dalam riwayat At-Tirmidzi No. 3420 dan Abu Daud No. 767 disebutkan dengan lafaz:
اَللّٰهُمَّ رَبَّ جِبۡرِيلَ
وَمِيكَائِيلَ وَإِسۡرَافِيلَ ...
Sementara dalam riwayat An-Nasa`i No. 1625 disebutkan dengan lafaz:
... اَللّٰهُمَّ اهۡدِنِى لِمَا اخۡتُلِفَ فِيهِ مِنَ الۡحَقِّ
بِإِذۡنِكَ إِنَّكَ تَهۡدِى مَنۡ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسۡتَقِيمٍ
"... Ya Allah, tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang diperselisihkan dengan seizin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki."
Doa ini sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika shalat tahajud, namun tidak dilarang jika kita ingin membacanya dalam shalat-shalat yang lain.
Doa #10
Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhu berkata bahwa bila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdiri untuk shalat malam, beliau membaca doa istiftah berikut:
اَللّٰهُمَّ لَكَ الۡحَمۡدُ أَنۡتَ
قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ وَمَنۡ فِيهِنَّ وَلَكَ الۡحَمۡدُ لَكَ مُلۡكُ
السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ وَمَنۡ فِيهِنَّ وَلَكَ الۡحَمۡدُ أَنۡتَ نُورُ السَّمَوَاتِ
وَالۡأَرۡضِ وَمَنۡ فِيهِنَّ وَلَكَ الۡحَمۡدُ أَنۡتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالۡأَرۡضِ
وَلَكَ الۡحَمۡدُ أَنۡتَ الۡحَقُّ وَوَعۡدُكَ الۡحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوۡلُكَ
حَقٌّ وَالۡجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيۡهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ . اَللّٰهُمَّ لَكَ أَسۡلَمۡتُ
وَبِكَ آمَنۡتُ وَعَلَيۡكَ تَوَكَّلۡتُ وَإِلَيۡكَ أَنَبۡتُ وَبِكَ خَاصَمۡتُ
وَإِلَيۡكَ حَاكَمۡتُ فَاغۡفِرۡ لِي مَا قَدَّمۡتُ وَمَا أَخَّرۡتُ وَمَا أَسۡرَرۡتُ
وَمَا أَعۡلَنۡتُ . أَنۡتَ الۡمُقَدِّمُ وَأَنۡتَ الۡمُؤَخِّرُ لَا إِلٰهَ إِلَّا
أَنۡتَ .
"Ya Allah, segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta siapa saja yang ada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al-Haq (Maha Benar). Janji-Mu pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi-Mu itu pasti benar, dan Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam itu benar dan hari kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri. Kepada-Mu aku beriman. Kepada-Mu aku bertawakal. Kepada-Mu aku bertaubat (kembali). Kepada-Mu aku mengadu. Dan kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosaku yang lalu maupun yang akan datang, yang aku sembunyikan maupun yang aku tampakkan. Engkaulah Al-Muqaddim dan Al-Muakhir. Tiada Ilah yang berhak disembah selain Engkau.” (H.R. Al-Bukhari No. 1120).
Doa #11
Rabiah Al-Juraisy bertanya kepada 'Aisyah radhiallahu 'anha, "Apa yang dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika bangun malam dan apa yang beliau baca dalam membuka shalatnya?"
'Aisyah menjawab: "Beliau bertakbir 10 kali, bertasbih 10 kali, bertahlil 10 kali dan istighfar 10 kali. Kemudian beliau membaca “Allahummaghfirlii wahdinii warzuqnii” (Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk dan berilah aku rezeki) 10 kali. Setelah itu beliau membaca “Allahumma innii a’udzubika minadh-dhiiqi yaumal hisab” (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan di hari hisab) 10 kali." (H.R. Ahmad No. 23950).
Dari riwayat tersebut, dapat diketahui bahwa doa istiftah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika shalat tahajud adalah:
اَللّٰهُ اَكۡبَرُ (10x) اَلۡحَمۡدُ لِلّٰهِ (10x) لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ (10x) اَسۡتَغۡفِرُ اللّٰهُ (10x)
اللّٰهُمَّ اغۡفِرۡ لِي وَاهۡدِنِي وَارۡزُقۡنِي (10x)
اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيقِ يَوۡمَ الۡحِسَابِ (10x)
"Allah Maha Besar (10x), Segala pujian bagi Allah (10x), Tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah (10x), Aku memohon ampun kepada Allah (10x), Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk dan berilah aku rezeki (10x), Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan di hari hisab." (10x).
Hadits ini dapat dilihat dalam musnad Imam Ahmad 6/143 dan diriwayatkan pula oleh Ath-Thabrani dalam Al-Ausath 62/2. Dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shifatu Shalatin Nabi 1/267.
Doa #12
Dari Hudzaifah bahwa ia melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat malam dan beliau membaca: "Allahu Akbar (3 kali), dzul malakut wal Jabarut wal kibriya’ wal ‘Azhamah” (Sang Pemilik kerajaan, kekuasaan, kebesaran dan keagungan)." (H.R. Abu Daud No. 874 dan An-Nasa`i No. 1145).
Doa istiftah yang juga dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika shalat tahajud adalah:
اَللّٰهُ أَكۡبَرُ (3x) ذُو الۡمَلَكُوتِ
وَالۡجَبَرُوتِ وَالۡكِبۡرِيَاءِ وَالۡعَظَمَةِ .
"Allah Maha Besar (3x), Sang Pemilik kerajaan, kekuasaan, kebesaran dan keagungan"
Namun dalam riwayat An-Nasa`i (1145) lafaz “Allahu Akbar” hanya dibaca satu kali saja.
* * *
Doa #1 dan #2 menurut jumhur ulama adalah doa istiftah yang sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam shalat fardhu, terutama saat beliau menjadi imam.
Doa #3 dan #4 adalah doa yang dibaca oleh sahabat tanpa adanya pengajaran dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Meskipun demikian, doa tersebut tidak dilarang oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan justru memiliki fadhilah yang tinggi.
Sisanya, doa #5 hingga #12 adalah doa istiftah yang biasa dibaca oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam shalat tahajud.
Bolehkah menggabungkan doa istiftah?
Dalam hal ini ulama berbeda pendapat. Imam An-Nawawi berpendapat bahwa disunnahkan menggabungkan beberapa doa istiftah sekaligus dalam shalat sendirian. Jika menjadi imam shalat berjamaah, hendaknya memendekkan bacaan. (Lihat Al-Adzkar, 1/107).
Hal ini sesuai dengan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَمَّ أَحَدُكُمُ النَّاسَ فَلۡيُخَفِّفۡ . فَإِنَّ فِيۡهِمُ
الصَّغِيرَ وَالۡكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَالۡمَرِيضَ . فَإِذَا صَلَّى وَحۡدَهُ فَلۡيُصَلِّ
كَيۡفَ شَاءَ . – رواه مسلم
"Jika seseorang menjadi imam, hendaknya ia ringankan shalatnya. Karena di antara makmum ada anak kecil, orang tua, orang lemah dan orang sakit. Adapun jika shalat sendirian, shalatlah sesuai keinginannya." (H.R. Muslim No. 467).
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Al-Bukhari No. 703 dan Abu Daud No. 794 dengan lafaz yang berbeda.
Menurut Imam As-Sa'di dalam Ghayah Al-Muqtashidin Syarh Manhaj As-Salikin, beliau mengatakan bahwa sebaiknya tidak menggabungkan di antara doa-doa istiftah yang ada.
Di samping itu, para ulama seperti Ibnu Taimiyah, Syaikh As-Sa'di, Syaikh Ibnu Baz dan Syaikh Al-Utsaimin mengatakan bahwa dianjurkan untuk mengamalkan doa istiftah tersebut secara bergantian. (Lihat Mulakhash Fiqh Al-'Ibadat, hlm. 208).
Ketentuan-ketentuan lain
Ada beberapa ketentuan terkait dengan bacaan istiftah yang dirangkum oleh Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar 1/107 sebagai berikut:
- Hukum membaca doa istiftah adalah sunnah. Maka apabila seseorang lupa membacanya, tidak perlu sujud syahwi.
- Doa istiftah disunnahkan untuk dibaca secara sirr (tanpa suara). Jika dibaca secara jahar (bersuara) maka hukumnya makruh, namun tidak membatalkan shalat.
- Disunnahkan untuk menggabungkan bacaan istiftah ketika shalat sendiri.
- Jika masbuk, maka tetap membaca istiftah, kecuali jika imam sudah akan ruku'. Jika demikian, doa istiftah tidak perlu dibaca lagi, melainkan makmum masbuk tersebut langsung membaca Al-Fatihah saja.
- Jika masbuk dan imam tidak dalam posisi berdiri (misalnya sedang ruku' atau posisi lainnya), maka ia harus segera mengikuti posisi imam tersebut, tanpa membaca istiftah atau Al-Fatihah.
Demikian kumpulan doa istiftah berdasarkan hadits shahih, semoga bermanfaat.
Wallahu A’lam bis-Shawab...
* * *
0 Comments