Derajat Hadits: Hari Ini Lebih Baik dari Kemarin


Bismillahirrahmanirrahim...

Kali ini akan dibahas mengenai salah satu hadits yang populer di masyarakat, yaitu:

مَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ خَيۡرًا مِنۡ اَمۡسِهِ فَهُوَ رَابِحُ. وَمَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ مثل اَمۡسه فهو مَغۡبُون. ومَن كان يومه شَرًّا مِنۡ امسه فهو مَلۡعُون.

"Barang siapa hari ini lebih baik dari kemarin, maka ia beruntung. Barang siapa hari ini sama seperti kemarin, maka ia merugi. Barang siapa hari ini lebih buruk dari kemarin, ia celaka."

Hadits ini memiliki empat jalur periwayatan, yaitu:

1. Abu Nu’aim al-Ashbahani meriwayatkan riwayat di atas dalam kitab Hilyatul Auliya dari jalan Ibrahim bin Adham, ia berkata: "Telah sampai kabar kepadaku bahwa Hasan al-Basri bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia (Hasan) berkata: "Wahai Rasulullah, berilah aku nasihat.” Lalu Rasulullah menyebutkan hadits seperti di atas.

Sanad hadits ini lemah, karena sanad antara Ibrahim bin Adham dan Hasan al-Basri terputus disebabkan Ibrahim mengatakan "telah sampai kabar kepadaku"بَلَّغَنِي ). Bentuk kalimat seperti ini tidak memberi faidah ittishal (bersambungnya sanad) sampai diketahui siapa yang memberi kabar itu kepada Ibrahim.

2. Diriwayatkan juga dalam kitab Musnad al-Firdaus dari jalan Muhammad bin Sauqah dari al-Harits bin Abdillah al-A'war dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu secara marfu' (sampai ke Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam).
Sanad riwayat ini sangat lemah karena al-Harits bin Abdillah al-A'war adalah seorang pendusta.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh ad-Dailami sebagaimana disebutkan oleh as-Sakhawi di dalam kitabnya Al-Maqashidul Hasanah. Di sana beliau juga menerangkan tentang kelemahan hadits riwayat Ali bin Abi Thalib ini.

3. Abu Bakr al-Qurasyi juga meriwayatkan di dalam kitab Al-Manamat al-Hasan bin Musa al-Khurasani dari seorang syeikh dari Bani Sulaim, dia berkata: "Saya bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu saya berkata: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana kabar Anda?' Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Saya akan memberimu sebuah hadits.' Saya berkata, 'sampaikanlah hadits itu kepada saya.' Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan hadits di atas."

Sanad hadits ini lemah karena identitas syaikh Bani Sulaim itu tidak diketahui (majhul) sehingga tidak bisa dijadikan hujjah.

4. Imam al-Ghazali menuliskan hadits ini dalam Ihya 'Ulumuddin dari Abdul Aziz bin Rawwad. Dia berkata, "Saya bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, saya berkata, 'wahai Rasulullah, berilah wasiat kepadaku'."

Al-Hafizh al-'Iraqi di dalam takhrij-nya terhadap Ihya 'Ulumuddin berkata: "Saya tidak mengetahui hadits ini kecuali kisah mimpinya Abdul Aziz bin Rawwad..." Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam kitab Az-Zuhud.

Kesimpulannya, derajat hadits ini sangat lemah karena terdapat masalah dari sisi sanadnya. Bahkan pada poin ke-2, dari jalur Muhammad bin Sauqah, di dalam sanadnya ada seseorang bernama al-Harits bin Abdillah al-A'war yang dikenal sebagai seorang pendusta.

Sikap kita selaku umat Islam : kita boleh mengambil makna positif suatu hadits meskipun derajatnya lemah (dha'if) selama maknanya tidak bertentangan dengan dalil shahih yang lain. Jika kita memang harus menyampaikan sebuah hadits dha'if kepada orang lain, maka sebaiknya sampaikan pula bahwa hadits tersebut dha'if.

Wallahu A’lam...

* * *

Lihat artikel ini versi PDF di Academia, klik di sini.

Post a Comment

0 Comments